Home » » Mengenal ECO-FEMINISM

Mengenal ECO-FEMINISM

Written By Unknown on Minggu, 10 Agustus 2014 | 20.28

ECO-FEMINISM

Oleh : Eka Yuniari Putri


Ecofeminism menggambarkan gerakan dan filosofi yang menghubungkan feminisme dengan ekologi. Istilah ini diyakini telah diciptakan oleh penulis Prancis Françoise d'Eaubonne dalam bukunya, Le Feminisme ou la Mort (1974). Ecofeminism menghubungkan eksploitasi. dan dominasi perempuan dengan lingkungan, dan berpendapat bahwa ada hubungan historis antara perempuan dan alam. Ecofeminists percaya bahwa hubungan ini digambarkan melalui nilai-nilai tradisional 'perempuan' timbal balik, memelihara dan kerjasama, yang hadir baik di kalangan perempuan dan di alam. Selain itu, ecofeminists menarik hubungan antara menstruasi dan siklus bulan, melahirkan dan penciptaan dll Perempuan dan alam juga bersatu melalui sejarah mereka bersama penindasan oleh masyarakat Barat patriarki.
Vandana Shiva mengklaim bahwa wanita memiliki hubungan khusus terhadap lingkungan melalui interaksi sehari-hari dan hubungan ini telah diabaikan. Dia mengatakan bahwa perempuan dalam ekonomi subsisten yang menghasilkan "kekayaan dalam kemitraan dengan alam, telah ahli di kanan mereka sendiri pengetahuan holistik dan ekologis proses alam." Namun dia membuat titik bahwa "ini alternatif moda mengetahui, yang berorientasi pada manfaat sosial dan kebutuhan rezeki tidak diakui oleh paradigma reduksionis kapitalis, karena gagal untuk melihat keterkaitan alam, atau koneksi dari kehidupan perempuan, pekerjaan dan pengetahuan dengan penciptaan kekayaan.
Eko-feminis memandang masalah dunia yang sakit (insane) secara ekologis terutama dalam patriarchy dan akibat-akibatnya (Mellor 1992; Shiva 1989; Merchant 1980; Plumwood 1993). Dari sudut pandang ini struktur-struktur penguasaan, penindasan dan kontrol yang menyebabkan masyarakat penuh persaingan (kompetitif), serakah dan eksploitatif. Masyarakat patriarchal akhirnya terbuktiunsustainable, dan menyebabkan malapetaka lingkungan yang terbukti tidak dapat dihindarinya.
Jadi, perubahan yang menurut eko-feminis diperlukan adalah perubahan yang diwujudkan   dalam gerakan feminis, dimana struktur-struktur patriarchal ditentang dan diganti. Memang gerakan feminis, seperti gerakan-gerakan lainnya yaitu, mempunyai kelompok-kelompok dan penekanan-penekanan (strands and emphases) yang berbeda-beda dan bertentangan   (Williams 1989), dan tidak ada ruang untuk menggalinya secara terperinci di sini. Mereka yang hanya menganjurkan bahwa wanita harus didorong dan didukung untuk ’bersaing’ secara efektif dengan laki-laki di dalam struktur yang ada tidak memenuhi syarat   untuk masuk  di dalam gerakan eko-feminis untuk tujuan analisa ini, karena mereka hanya mempertegas kembali   nilai tatanan sosial, ekonomi dan politik yang ada.
Termasuk yang penting sekali adalah karya para penulis feminis yang menganjurkan bahwa analisa feminis membutuhkan pembangunan suatu masyarakat yang didasarkan pada prinsip-prinsip organisasional yang berbeda, berusaha untuk mengganti struktur kompetitif dengan struktur yang kooperatif; untuk menggantikan individualisme dengan benar-benar pembuatan keputusan bersama; dan untuk menghargai semua orang dan bukan mendukung dominasi, kendali/kontrol, penindasan dan eksploitasi sebagian kepada yang lainnya (khususnya   dalam hubungannya dengan gender). Feminisme seperti itu mengakui  pentingnya karakteristik yang secara tradisional yang berasal dari   wanita, seperti nurturing, pengasuhan, pertukaran, masyarakat dan perdamaian paling tidak sama pentingnya (dan bagi kebanyakan penulis, lebih penting) dibandingkan karakteristik yang secara tradisional yang berasal dari  laki-laki seperti persaingan individu, penyerangan/kekerasan, penguasaan, eksploitasi dan perang.
Beberapa penulis eko-feminis mengambil  apa yang dapat dinilai sebagai posisi yang ekstrim, termasuk ilmu , shamanisme, sihir  , dan lain-lain, yang dapat mengasingkan banyak pendukung potensialnya (lihat Biehl 1991). Yang lainnya, seperti Vandana Shiva (1989) dan Mary Mellor (1992), telah berusaha untuk menjelaskan posisi feminis yang tidak begitu ‘ekstrim’ yang menunjukkan sangat pentingnya persoalan-persoalan gender dalam debat mengenai penyebab-penyebab krisis ekologi, dan apa yang perlu dilakukan untuk itu.
Posisi eko-feminis mengajukan dua buah  pertanyaan penting bagi mereka yang mengembangkan (developingGreen analysis. Satu adalah persoalannya mengenai bagaimana untuk menjamin bahwa apapun perubahan yang diprakarsai tidak mengabadikan (perpetuate) penindasan wanita atau struktur patriarki, tetapi benar-benar  membantu penentangan dan penjatuhan struktur-struktur seperti itu. Pertanyaan ini sebagai bagian dari pembahasan mengenai prinsip-prinsip keadilan sosial dalam pembangunan masyarakat. Persoalan lainnya adalah tingkat pengalaman-pengalaman, kesadaran-kesadaran, dan pandangan-pandangan dunia wanita menggambarkan  suatu paradigma alternatif yang di dalamnya tatanan sosial, ekonomi dan politik yang secara ekologis sustainable dapat dibangun dengan sukses. Kebanyakan penulis Green mengambil kedua persoalan dengan sungguh-sungguh (walaupun secara alami ada variasi tingkat pengakuan dan pembahasannya), sebagai akibatnya paling tidak ada elemen analisa feminis yang dimasukkan dalam banyak literatur/kepustakaan Green.

Sumber Pustaka
Malik, Halim. (2012). Eco-feminism (Salah Satu Perspektif Analisis Lingkungan) #3#. (Online). Tersedia : http://media.kompasiana.com/buku/2012/02/07/eco-feminism-salah-satu-perspektif-analisis-lingkungan-3-433452.html. Diakses tanggal 11 Agustus 2014
Wikipedia. Eco-feminism. (Online). Tersedia : http://en.wikipedia.org/wiki/Ecofeminism. Diakses tanggal 11 Agustus 2014



0 komentar :

Posting Komentar